Home » » Definisi Puisi Dari Beberapa Para Ahli (Bentuk Sintesa Topis)

Definisi Puisi Dari Beberapa Para Ahli (Bentuk Sintesa Topis)

Written By sanggarsejarah on Senin, 01 Juli 2013 | 01.56



BENTUK SINTESA TOPIS
DARI DEFINISI - DEFINISI PUISI
MENURUT BEBERAPA PARA AHLI


    1.      Definisi puisi menurut para ahli

·        Puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretative dramatization of experience in metrical language). Altenbernd dalam Rachmat Djoko Pradopo (2010:5)

·     Puisi adalah seni penyatuan kenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imajinasi yang bernalar. Samuel Johnson dalam Rizanur Gani ( 1988 : 159)

·Puisi juga dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan lebih padat dari pemakaian bahasa biasa (Gani, 1988: 160)

·Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaa berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Bahas puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Pendayagunaan unsur bahasa untuk memperoleh keindahan itu antara lain dapat dicapai lewat permaianan bunyi yang biasanya berupa  berbagai bentuk perulangan untuk memperoleh efek persajakan dan irama yang melodius (Nurgiyantoro, 2005:26-27)

·Puisi ialah hal mencari dan melukiskan “yang diidamkan” (the ideal). Dengan demikian tujuan puisi bukanlah melukiskan kebenaran dan “memberi jiwa” sesuatu gambaran yang lebih indah. Tetapi sajak itu sendiri bukanlah puisi. Alexis de Tocqueville dalam Tirtawirya (1980:9-10)

·Slametmuljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesustraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (Waluyo, 1987: 23)

·Clive Sansom memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional (Waluyo, 1987: 23)

·Sedangkan Samuel Johnson menyatakan bahwa puisi adalah peluapan yang spontan dari perasaan yang penuh daya yang berpangkal pada emosi yang berpadu kembali dalam kedamaian. Tarigan dalam Waluyo (1987: 23)


2.      Bentuk sintesa topis

  Meskipun sampai sekarang orang tidak dapat memberikan definisi setepatnya apakah puisi itu, namun untuk memahaminya perlu diketahui ancar-ancar sekitar pengertian puisi. Secara intiutif orang dapat mengerti apakah puisi berdasarkan konvesi wujud puisi, namun sepanjang sejarahnya wujud puisi selalu berubah seperti yang dikemukakan Riffaterre di atas (Pradopo, 1987:4). Meski secara periodik definisi puisi mengalami perubahan, maka saat itu juga akan banyak bermunculan definisi yang mutakhir, maka Shahnon Ahmad (1978:3-4) menyatakan dalam Pradopo (1987:5) bahwa bila unsur - unsur itu dipadukan, maka akan didapat garis-garis besar tentang pengertian puisi yang sebenarnya.

  “Unsur-unsur” yang dimaksud di atas adalah identifikasi dari definisi puisi itu sendiri yang diintregasikan dari berbagai sumber tertentu, misalnya dari segi fisik puisi, Clive Sansom memberikan batasan puisi sebagai bentuk pengucapan bahasa yang ritmis, yang mengungkapkan pengalaman intelektual yang bersifat imajinatif dan emosional (Waluyo (1987: 23). Sama halnya dengan Gani (1988: 160) yang menyatakan bahwa puisi juga dapat didefinisikan sebagai sejenis bahasa yang menyampaikan pesannya dengan lebih padat dari pemakaian bahasa biasa. Adapun Slametmuljana menyatakan bahwa puisi merupakan bentuk kesustraan yang menggunakan pengulangan suara sebagai ciri khasnya (Waluyo, 1987: 23)

 Dari paparan di atas, para ahli tersebut sama-sama membahas bahasa sebagai media tunggal yang terinterdependen dengan puisi sebagai keutuhan wujudnya, baik dari unsur kepadatan pesan ataupun pengulangan suara dalam sebuaah puisi. Nurgiyantoro (2005:26-27) menyatakan bahwa sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaa berbagai unsur bahasa untuk mencapai efek keindahan. Bahasa puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Pendayagunaan unsur bahasa untuk memperoleh keindahan itu antara lain dapat dicapai lewat permaianan bunyi yang biasanya berupa  berbagai bentuk perulangan untuk memperoleh efek persajakan dan irama yang melodius.

  Keutuhan wujud puisi juga merupakan intregasi dari suatu bahasa beserta unsur-unsur yang membangun puisi itu sendiri, namun sudut pandang pengarang dan penggunaan bahasa juga bersifat korelatif dalam membangun definisi puisi seperti yang dipaparkan Altenbernd dalam Rachmat Djoko Pradopo (2010:5), beliau menyatakan bahwa puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretative dramatization of experience in metrical language). Sama halnya dengan Samuel Johnson dalam Rizanur Gani ( 1988 : 159), beliau menyatakan bahwa puisi adalah seni penyatuan kenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imajinasi yang bernalar.

  Sudut pandang pengarang erat kaitanya dengan tujuan penulisan, adapun Alexis de Tocqueville dalam Tirtawirya (1980:9-10) menyatakan bahwa puisi ialah hal mencari dan melukiskan “yang diidamkan” (the ideal). Dengan demikian tujuan puisi bukanlah melukiskan kebenaran dan “memberi jiwa” sesuatu gambaran yang lebih indah. Dari keseluruhan pengertian puisi di atas, secara substansi sama-sama mendefinisikan puisi sebagai karya seni yang terbentuk berdasarkan masa lalu dari sudut pandang pengarang ataupun dari aspek imaginatif kebahasaan. Maka garis besar tentang pengertian-pengertian puisi tersebut akan sangat mudah dimengerti seperti yang dipaparkan Shahnon Ahmad dalam Pradopo (1987:5) di atas, meskipun secara periodik tertentu definisi puisi akan dapat berubah-ubah.



Share this article :

Follow this Blog



 
Support : Daniar Murdi(kotoran om dan)
Copyright © 2013. Menara Hitam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Menara Hitam
Proudly powered by Blogger