Home » » Pembelajaran Bersastra Melalui Pendekatan & Strategi Kontekstual

Pembelajaran Bersastra Melalui Pendekatan & Strategi Kontekstual

Written By sanggarsejarah on Senin, 01 Juli 2013 | 02.16

Pembelajaran Bersastra Melalui Pendekatan & Strategi Kontekstual



  1. Hakikat Pembelajaran Sastra

a.       Pengertian Sastra
Sastra merupakan karya seni yang bermediakan bahasa yang unsur-unsur keindahanya menonjol (Nurgiyantoro, 1995 : 317), sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi April 2009 sastra adalah bahasa, kata-kata, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab, bukan bahasa sehari-hari. Kedua sudut pandang di atas sama-sama mendefinisikan sastra dan bahasa merupakan kesatuan yang korelatif, maka dapat disimpulkan bahwa sastra adalah imajinasisasi terhadap sesuatu hal yang diungkapkan melalui ekspresi seni tulis ataupun lisan.

b.      Genre Sastra
Genre adalah ragam, varian, tipe dan jenis, genre juga dapat diartikan sebagai Ragam Sastra (KBBI, 2009 : 280), jadi jelas bahwa Genre Sastra sama halnya dengan jenis-jenis sastra atau pengkategorian sastra berdasarkan suatu hal. Dalam buku Pengajaran Sastra Indonesia - Respons dan Analisis, Drs. Rizanur Gani mengkategorikan Pengajaran Sastra Indonesia menjadi tiga sub bahasan yaitu pengajaran puisi, prosa dan drama maka secara langsung beliau membagi Genre Sastra menjadi tiga hal tersebut. 

Ø  Puisi
Menurut Samuel Johnson dalam Rizanur Gani ( 1988 : 159) puisi adalah seni penyatuan kenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imajinasi yang bernalar, sedangkan menurut Altenbernd dalam Rachmat Djoko Pradopo (2010 : 5) puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the interpretative dramatization of experience in metrical language). Pengertian dari kedua tokoh tersebut secara harfiah berbeda namun dari segi substansi sama-sama mendefinisikan puisi sebagai karya seni yang terbentuk berdasarkan masa lalu, tampak pada kata “kenangan” dan “pengalaman”. Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa puisi adalah irama kebahasaan yang dihasilkan dari sentuhan imajinasi terhadap suatu  pengalaman atau kenangan tertentu.

Ø  Prosa
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2009 ; 667) menyatakan prosa adalah bahasa tertulis yang biasa, bukan berbentuk sajak, syair dan sebagainya, namun dapat diartikan pula prosa merupakan suatu jenis tulisan yang dibedakan dengan puisi karena variasi ritme (rhythm) yang dimilikinya lebih besar, serta bahasanya yang lebih sesuai dengan arti leksikalnya. Prosa dibagi menjadi empat jenis yaitu prosa naratif, deskriptif, eksposisi dan argumentatif, sedangkan berdasarkan sejarahnya prosa terdiri dari dua bagian yaitu prosa lama dan baru, prosa lama adalah prosa bahasa Indonesia yang belum terpengaruhi budaya barat sedangkan prosa baru ialah prosa yang dikarang bebas tanpa aturan apa pun. Prosa lama terdiri dari hikayat, sejarah, kisah, dongeng dan cerita berbingkai sedangkan prosa baru terdiri dari roman, novel, cerpen, riwayat, kritik, resensi dan esai.

Ø  Drama
Drama merupakan bentuk yang paling konkret yang secara artistik dapat menciptakan kembali situasi kemanusiaan dan hubungan kemanusiaan (Gani, 1988 : 262), sedangkan Harymawan (1993:42) lebih menekankan drama sebagai miniatur kehidupan yang diangkat ke panggung. Oleh karena itu drama dapat dijadikan sebagai pelajaran moral kemanusiaan dalam gambaran miniatur kehidupan manusia itu sendiri, jadi secara garis besar drama dapat dimaknai sebagai pertunjukan yang mengangkat gambaran kehidupan sosial.

c.       Pengertian Pembelajaran Bersastra

Pada seminar “Mendidik Bangsa Dengan Sastra dan Budaya” pada 29 April 2013 di UNY, Taufiq Ismail menegaskan kutipan-kutipan dari karya sastra sangat membantu untuk mengatasi rasa jenuh dan bosan akan buku pelajaran yang terlalu akademik.  Artinya, Pembelajaran Bersastra adalah kegiatan belajar mengajar dengan sastra sebagai “alat” untuk pengajaranya. Jika dicontohkan pada pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, maka dapat disimpulkan bahwa sastra dapat dijadikan sebagai salah satu “alat” pembelajaran bahasa karena hakekatnya sastra merupakan karya seni yang dikemas dalam produk bahasa.

d.      Tujuan Pembelajaran Bersastra
Sastra merupakan ranah pengembangan keterampilan dasar apresiasi (Gani, 1988 :  42). Suminto A. Sayuti juga menjelaskan bahwa “karya sastra juga memberikan sesuatu kepada pembaca dalam hal mempertinggi tingkat pengenalan diri sendiri dan lingkungan” dalam seminar “Mendidik Bangsa Dengan Sastra dan Budaya” pada 29 April 2013. Dari hasil penjabaran di atas serta mengingat definisi Pengertian Pembelajaran Bersastra dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran bersastra adalah merujuk keterampilan dasar apresiasi  peserta didik dan mempertinggi tingkat pengenalan diri sendiri (siswa) dan lingkungan melalui sastra sebagai “alat” untuk mencapainya.


     2.      Manfaat Sastra Bagi Pengembangan Karakter Peserta Didik

Banyak hal yang dapat diperoleh dari sastra bagi peserta didik, misalnya saja sastra anak. Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas (Nurgiyantoro 2005 : 35). Pembelajaran sastra di sekolah dengan contoh-contoh sastra anak seperti ”Bawang Putih Bawang Merah” yang stereotip ditelinga masyarakat Indonesia mengandung nilai pendidikan tentang kemanusiaan. Cerita binatang ”Pelanduk Jenaka” mengandung pendidikan tentang harga diri, sikap kritis, dan protes sosial. Sementara itu bentuk puisi seperti pepatah,  pantun, dan bidal penuh dengan nilai pendidikan.
Bahkan dalam “Teori Pengkajian Fiksi” yang ditulis oleh Burhan Nurgiyantoro menyebutkan bahwa karya sastra yang merupakan salah satu wujud karya seni yang notabene mengemban tujuan estetik tentunya mempunyai kekhususan sendiri dalam hal menyampaikan pesan-pesan moralnya (1994 : 335). Kenyataan ini menunjukkan bahwa sastra sangat relevan dengan pendidikan karakter dan sastra adalah salah satu media atau sarana pendidikan yang dapat merangkul ranah karakter peserta didik. Namun untuk menjadikan sastra sebagai pembentukan karakter peserta didik, tidak serta-merta hal itu dapat terwujud. Untuk mengoptimalkan peran sastra tersebut, dedikasi apresiator (pendidik) terhadap pembelajaran sastra sangat menentukan keberhasilan.


    3.      Aspek yang Harus dikuasai oleh Seorang Guru Sastra

a.       Ilmu Sastra
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi April 2009 definisi ilmu adalah pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu; pengetahuan atau kepandaian (tentang soal duniawi, akhirat, lahir, batin dsb). Sedangkan pengertian sastra adalah bahasa, kata-kata, gaya bahasa yang dipakai dalam kitab-kitab, bukan bahasa sehari-hari, jadi pengertian ilmu sastra berdasarkan pengertian ilmu dan sastra di atas yaitu pengetahuan yang menyelidiki secara ilmiah berdasarkan metode tertentu mengenai segala hal yang berhubungan dengan seni sastra.

b.      Perkembangan Kognitif Siswa
Berdasarkan Ranah-Ranah Taksonomi Bloom, ranah kognitif (Knowledge) meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisa, sintesa dan evaluatif, dapat disimpulkan perkembangan kognitif siswa merupakan perkembangan siswa yang berkaitan dengan hal-hal tersebut. Sedangkan Nurgiyantoro ( 2005 : 35-46) membagi perkembangan intelektual pada Kontribusi Sastra Anak menjadi dua bahasan yaitu  nilai personal dan nilai pendidikan, ini berarti  bahasa imajinatif yang terkandung dalam sastra anak dapat menghasilkan responsi-responsi intelektual dimana pengetahuan dan pemahaman siswa akan sastra menjadi berkembang.

c.       Dedaktik Metodik di dalam Pembelajaran Sastra
Keberhasilan proses belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai aspek, salah satunya melalui metode pembelajaran yang variatif dengan implementasi yang relevan. Suminto A. Sayuti dalam makalah seminar “Mendidik Bangsa Dengan Sastra dan Budaya” pada 29 April 2013 mendeskripsikan :

“Dalam pelaksanaan pengajaran sastra hingga kini, di dalam memilih karya sastra yang akan diajarkan kepada siswanya, para guru sastra selalu tidak lupa menerapkan kriteria dedaktis, disamping kriteria lain yang terkait dengan karya sastra yang tidak boleh diabaikan”

Artinya metode pembelajaran yang diimplementasikan guru dalam bidang studi yang diajarkan perlu adanya dedaktifitas beserta karya sastra lain yang variatif dan sesuai untuk diajarkan. Dalam hal ini didaktik yang diharapkan tidak terlepas dari prinsip dedaktis itu sendiri yakni motivasi, aktivitas, peragaan, individualitas, apersepsi, lingkungan, korelasi, konsentrasi dan integrasi.

d.      Kurikulum Pembelajaran Sastra
Dalam pelaksanaan pembelajaran sastra tidak terlepas dari kurikulum, namun dalam kurikulum saat ini sastra tidak dikelompokkan ke dalam aspek ketrampilan berbahasa karena bukan merupakan bidang yang sejenis. Walaupun demikian, pembelajaran sastra dilaksanakan secara terintegrasi dengan pembelajaran bahasa baik dengan ketrampilan menulis, membaca, menyimak, maupun berbicara. Dalam praktiknya, pengajaran sastra berupa pengembangan kemampuan menulis sastra, membaca sastra, menyimak sastra, dan berbicara sastra.


    4.      Pendekatan Dalam Pembelajaran Sastra

a.       Pembelajaran sastra yang berpusat kepada guru

Pembelajaran sastra yang berpusat pada guru (teacher centered approach) adalah pendekatan pembelajaran yang memusatkan proses pembelajaran pada kinerja seorang guru, guru menjadi tokoh yang paling dominan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran terpusat oleh guru akan cenderung membuat siswa pasif dalam belajar, siswa cenderung mendengarkan, memperhatikan dan didikte cara belajarnya oleh sang guru. Hal ini bukan berarti buruk seluruhnya, jenis pembelajaran ini akan menimbulkan kebulatan pesan. Kebulatan pesan ini mampu mempengaruhi dan membatasi daya pikir dan ruang gerak peserta didik sehingga mampu memberikan semacam respon yang diharapkan oleh stimulator.

Turunan dari pembelajaran sastra ini adalah strategi pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositori, adapun model pengajaran yang berpusat kepada guru diantaranya diskusi-ceramah (lecture-discussion), diskoveri terpimpin (guided discovery), dan pembelajaran konsep. Dalam pembelajaran sastra yang berpusat pada guru, guru benar-benar dituntut berperan aktif dalam proses pembelajaran untuk memberikan pembelajaran, namun guru tidak hanya menguasai kelas secara monoton, guru harus cenderung mengaktifkan pemahaman siswa.

b.      Pembelajaran sastra yang berpusat kepada siswa

Pembelajaran sastra yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) adalah pembelajaran sastra dengan menggunakan sepasang perspektif. Sepasang perspektif yaitu fokus pada individu pembelajar (keturunan, pengalaman, perspektif, latar belakang, bakat, minat, kapasitas, dan kebutuhan) dan fokus pada pembelajaran (pengetahuan yang paling baik tentang pembelajaran). Pembelajaran sastra yang berpusat pada siswa menekankan bagaimana hal-hal di atas timbul serta tentang praktek pengajaran yang paling efektif dalam meningkatkan tingkat motivasi, pembelajaran, dan prestasi bagi semua pembelajar.

Untuk menunjang kompetensi guru dalam proses pembelajaran berpusat pada siswa maka diperlukan peningkatan pengetahuan, pemahaman, keahlian, dan ketrampilan guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran berpusat pada siswa. Peran guru dalam pembelajar berpusat pada siswa bergeser dari semula menjadi pengajar (teacher) menjadi fasilitator. Fasilitator adalah orang yang memberikan fasilitasi. Dalam hal ini adalah memfasilitasi proses pembelajaran siswa. Guru menjadi mitra pembelajaran yang berfungsi sebagai pendamping (guide on the side) bagi siswa.


    5.      Pembelajaran Menulis Kretif Puisi Melalui Strategi Kontekstual Pada Siswa SMP Kelas VII

a.       Pembelajaran kontekstual 

Pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep belajar yang menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari (Nurhadi dan Senduk, 2003 : 13). Strategi pembelajaran kontekstual lebih mementingkan proses daripada hasil, dengan konsep ini hasil materi diajarkan secara nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam mereka sehari-hari.

Manfaat dari strategi ini adalah siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan dari konteks yang terbatas sedikit demi sedikit dari proses mengkonstruksi sendiri, sebagai bekal untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat. Adapun tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni: kontruktivisme (Contructivism),  menemukan (Inkuiri), bertanya (Question), masyarakat belajar (Learning Comunity), pemodelan (Modelling), refleksi (Reflection), penilaian otentik (Authentic Assesment).


b.      Penerapan strategi Kontekstual pada Pembelajaran Menulis Kretif Puisi pada siswa SMP Kelas VII
Menulis kreatif puisi dengan pembelajaran kontekstual adalah proses mengungkapkan gagasan ke dalam bentuk teks puisi dengan mengaitkan dunia nyata dan pengalaman hidup. Dalam hal ini guru harus mendorong siswa dalam membangun (kontruktif) kreatifitas mereka berdasarkan pengalaman – pengalamanya, misalnya siswa dituntut aktif untuk menemukan hal-hal yang menarik dalam masyarakat dengan bertanya jawab ataupun dengan stimulus-stimulus tertentu kemudian dituangkan dalam bentuk puisi oleh siswa. Adapun contoh soal dalam penerapan strategi kontekstual pada pembelajaran Menulis Kretif Puisi pada siswa SMP Kelas VII adalah sebagai berikut:

Tulislah puisi berisi tentang peristiwa yang pernah kalian alami yang berhubungan dengan keindahan alam!

Contoh soal di atas menuntut siswa untuk menuangkan gagasan tentang keindahan alam ke dalam wujud puisi, secara langsung atau tidak langsung dapat mengembangkan daya cipta, rasa, dan karsa bahkan dapat membentuk watak, yakni cinta pada tempat tinggal, tempat kelahirannya, atau kekayaan panorama yang dibanggakannya.



Share this article :

Follow this Blog



 
Support : Daniar Murdi(kotoran om dan)
Copyright © 2013. Menara Hitam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Menara Hitam
Proudly powered by Blogger