Home » » Hakekat Menulis Wawancara

Hakekat Menulis Wawancara

Written By sanggarsejarah on Senin, 01 Juli 2013 | 02.38


                              Pengertian Menulis Wawancara


1.      Menulis
a.      Pengertian
  Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu lain (Tarigan 1982: 22). Dalam hubungannya dengan pengajaran bahasa, menurut Owens (dalam Soenardji dan Hartono, 1998: 102) menulis adalah menggabungkan sejumlah kata menjadi kalimat yang baik dan benar menurut tata bahasa, dan menjalinnya menjadi wacana yang tersusun.
 Kegiatan menulis merupakan salah satu aspek ketermpilan kebahasaan dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang tidak pernah bisa dipisahkan dari dunia siswa di sekolah. Kegiatan ini tidak semata-mata hanya kegiatan menulis biasa akan tetapi memiliki tujuan untuk  meningkatkan minat siswa pada pembelajaran menulis.

b.      Tujuan Menulis
  Setiap tulisan yang dihasilkan mengandung beberapa tujuan. Menurut Darmadi (1996: 2) tujuan menulis adalah perwujudan bentuk komunikasi tidak langsung antara penulis dan pembaca. Tujuan menulis adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap bahasa yang digunakan (Suriamiharja, 1996: 1).
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan menulis adalah sebagai bentuk komunikasi tidak langsung yang dibuat penulis untuk dibaca dan dipahami oleh orang lain.

c.       Fungsi Menulis
  Akhadiah, dkk (dalam Suriamiharja, 1996: 4) mengemukakan bahwa fungsi dari menulis yaitu (1) penulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dirinya, (2) penulis dapat terlatih dalam mengembangkan berbagai gagasan,  (3) kegiatan menulis dapat memperluas wawasan penulisan secara teoritis mengenai fakta-fakta yang berhubungan, (4) penulis dapat terlatih dalam mengorganisasikan gagasan secara sistematis serta mengungkapkan secara tersurat, (5) penulis dapat meninjau serta menilai gagasannya sendiri secara objektif, (6) dengan menulis, penulis akan lebih mudah memecahkan permasalahan, (7) penulis terdorong untuk terus belajar secara aktif, dan (8) membiasakan penulis berpikir serta berbahasa secara tertib dan teratur. 
 Dengan menulis seseorang dapat membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide, dan pengalaman hidup. Pada prinsispnya fungsi  menulis  adalah menuangkan  gagasan  atau  ide seseorang ke dalam bentuk tulisan, dengan kata lain menulis juga disebut dengan komunikasi  secara  tidak  langsung.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa fungsi menulis adalah sebagai sarana komunikasi tidak langsung dengan menuangkan gagasan atau ide-ide yang dimiliki ke dalam bentuk tulisan.

d.      Ciri-ciri Tulisan yang Baik
  Darmadi (1996: 24), mengemukakan ciri-ciri tulisan yang baik adalah (1) signifikan, (2) jelas, (3) mempunyai kesatuan dan organisasi yang sama, (4) ekonomis, padat isi dan bukan padat kata, (5) mempunyai pengembangan yang memadai, (6) menggunakan bahasa yang dapat diterima, dan (7) mempunyai kekuatan. Tulisan yang baik memiliki ciri-ciri (a) jelas, (b) padat dan utuh, (c) ekonomis, dan (d) mengikuti kaidah gramatika (Enre, 1988: 9).
  Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri tulisan yang baik apabila tulisan mengunakan aspek kebahasaan yang utuh sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Gagasan atau ide tersusun rapi dan jelas dalam bentuk paragraf sehingga membentuk tulisan yang baik.

2.      Wawancara
  Pada Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi kedua (2009:945) wawancara di definisakan sebagai interview; tanya jawab antara wartawan dengan orang terkemuka dan sebagainya; tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan sebagainya) yang diperlukan untuk dimintai keterangan atau pendapatnya terhadap suatu hal, untuk dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau ditayangkan di layar televisi; tanya jawab direksi (kepala personalia, kepala humas) perusahaan dengan pelamar pekerjaan; tanya jawab peneliti dengan narasumber.

  Berdasarkan pengertian dari menulis dan wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa mnulis wawancara adalah seni mentransfromasikan ucapan lisan dari narasumber, interview atupun tanya jawab ke dalam bentuk tulisan. Namun dalam konteks luas khususnya pada pendidikan, yang dapat menulis wawancara bukan hanya wartawan saja melainkan siswa sebagai generasi penerus bangsa. 
  Pembelajaran menulis wawancara akan sangat dibutuhkan oleh siswa sebagai katerampilan untuk menuangkan hasil pendapat, tanya, jawab ataupun keterangan lisan dari orang lain. Pada pembelajaran ini, siswa dilatih untuk menuliskan apa yang dikemukakan orang lain dalam bentuk poin-poin inti serta memahami hal penting dari wacana lisan tersebut. Pembelajaran menulis wawancara adalah keterampilan siswa dalam malatih kemampuan menulisakn pendapat, tanya jawab, ide dari seorang narsumber.

 Contoh Hasil Deskripsi Wawancara



"Deskripsi Hasil Wawancara Tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa"


1.      Pendahuluan

  Persatuan dan Kesatuan berasal dari kata dasar sama yaitu satu yang berarti utuh atau tidak terpecah-belah. Persatuan mengandung arti bersatunya macam-macam corak yang beraneka ragam menjadi satu kebulatan yang utuh dan serasi. Berdasarkan hal tersebut maka pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia adalah Bangsa Indonesia yang satu, utuh dari keanekaragaman yang kompleks. Secara prinsipil, konsep “Bhineka Tunggal Ika” tidak terlepas dari makna Persatuan dan Kesatuan Bangsa Indonesia dan menjadi hal yang fundamental.

2.      Batasan pertanyaan wawancara
Agar materi bahasan terarah maka terdapat tiga batasan masalah pernyataan, yaitu:
a)      Apa yang anda ketahui tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa ?
b)      Apa yang anda ketahui dan bagaimana tanggapan anda mengenai gerakan sparatis di Indonesia ?
c)      Menurut anda, apakah rasa Persatuan dan Kesatuan di Indonesia sudah baik? Jika sudah baik, bagaimana tanggapan anda? Jika belum, bagaimanakah cara yang paling efektif  untuk menanamkan rasa Persatuan dan Kesatuan di Indonesia ?


3.      Populasi Wawancara

  Populasi wawancara dipilih secara random yang terdiri dari tiga elemen masyarakat yaitu ibu rumah tangga, mahasiswa dan siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Ibu rumah tangga yang dipilih adalah ibu Isnani Hidayati dengan kegiatan sehari-harinya hanya mengurus rumah tangga, sedangkan untuk Siswa Sekolah Menengah Atas adalah Georgeus Chandra Herfanda yang secara akademis diajarkan tentang Persatuan dan Kesatuan Bangsa melalui mata pelajaran tertentu. Dari tingkatan akademik yang lebih tinggi diambil subjek wawancara yaitu Natalia Sulistyanti Harsanti yang dalam hal ini adalah mahasiswa. Populasi wawancara mengambil subjek awam, dalam artian tidak bekerja atau secara akademik mengkaji Kewerganegaraan ataupun Hukum. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui secara mikro apakah makna Persatuan dan Kesatuan dipahami oleh elemen masyarakat awam.



4.      Pembahasan
Deskrispsi hasil wawancara terhadap ketiga narasumber sebagai berikut:
a)      Ibu Rumah Tangga
  Dari hasil wawancara dapat diketahui jika subjek wawancara hanya memberikan gambaran superfisialnya saja, dalam artian subjek mengerti akan definisi Persatuan dan Kesatuan Bangsa namun tidak memberikan penjabaran konkret. Mengenai tanggapan dari gerakan sparatis di Indonesia, subjek wawancara hanya mampu mengidentifikasi masalah tersebut  pada masalah GAM yang didapat dari media televisi. Sedangkan penilaian subjek wawancara terhadap implementasi dari esensi Persatuan dan Kesatuan di Indonesia, subjek mengatakan kurang baik karena adanya paham sparatisme yang telah diidentifikasinya. Adapun solusi terhadap penanaman Persatuan dan Kesatuan lebih ditekankan kepada mata pelajaran tertentu yang diberlakukan di sekolah – sekolah.

b)      Siswa Sekolah Menengah Atas
  Dari hasil wawancara diketahui bahwa secara sederhana subjek mampu memberikan definisi tentang Persatuan dan Kesatuan melalui bahan rujukan oleh mata pelajaran yang diberikan guru di sekolah. Sedangkan dalam penjabaran gerakan sparatisme, subjek wawancara hanya mampu mengidetifikasikan sama halnya ibu rumah tangga di atas yakni permasalahan GAM. Dalam implementasi pananaman rasa Persatuan dan Kesatuan di Indonesia, subjek menyimpulkan belum sepenuhnya tercapai dengan solusi dalam ruang lingkup pendidikan dan sadar diri oleh setiap individu masyarakat Indonesia.

c)      Mahasiswa
  Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa subjek mampu memberikan pengertian menyeluruh dengan langsung mengedintifikasi problematika, seperti tawuran antar kelompok tertentu serta perang antar masyarakat yang terjadi di Indonesia. Dari materi gerakan sparatis, subjek wawancara memaknai dengan definisi konkret dan mampu mengidentifikasi secara komprehensif. Hal tersebut dijabarkan dengan adanya GAM, Papua Merdeka dan RMS yang pernah dan sedang terjadi di Indonesia. Solusi terhadap penanaman rasa Persatuan dan Kesatuan lebih ditekankan kepada anak melalui keluarga, lingkungan dan sekolah. Subjek wawancara juga memberikan solusi akan perlunya mata kuliah yang berkaiatan dengan Kewarganegaraan dan penanaman moral terhadap penerus bangsa.


5.      Kesimpulan
  Dari hasil wawancara dari ketiga subjek wawancara di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman akan Kesatuan dan Persatuan Bangsa Indonesia sebenarnya sudah baik. Namun dilihat dari pengetahuan gerakan sparatisme dan solusinya maka dapat diketahui jika masyarakat Indonesia secara makro masih cenderung kurang memaknai akan pentingnya rasa solidaritas dan moralitas. Penanaman moral yang universal harus selalu diimplementasikan dan menjadi hal yang pokok, hal ini untuk memperbaiki moral dan nilai bangsa agar tidak terjadi adanya gerakan sparatis oleh kelompok masyakat.








 
Share this article :

Follow this Blog



 
Support : Daniar Murdi(kotoran om dan)
Copyright © 2013. Menara Hitam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Menara Hitam
Proudly powered by Blogger