Perangi Dirimu Sendiri
oleh:
Novel
Perang karya Putu Wijaya merupakan karya sastra yang mengisahkan perang
Baratayuda. Hal yang menarik dari novel yang diterbitkan tahun 1990 ini adalah
bentuk penyajian cerita yang lucu, sehingga bahasa yang di gunakanya tidak baku
dan membosankan. Adapun amanat yang terkandung merupakan penjabaran kompleks
tentang permasalahan hidup pribadi manusia, kritik sosial kenegaraan dan kritik
terhadap peperangan yang selalu terjadi antar manusia.
Amanat
yang paling menarik dari “Perang” adalah permasalah hidup pribadi manusia yang
disajikan dalam bentuk perdebatan antara para tokoh Punakawan (Semar, Gareng,
Petruk dan Bagong). Perdebatan pada novel setebal kurang lebih 384 itu mempersoalkan
tentang pertanyaan tentang “Siapa sebenarnya musuh kita?” yang secara bijak
dapat dipecahkan dengan sangat sederhana. Musuh kita yang paling mendasar
adalah diri kita sendiri. Hal tersebut nampak pada kutipan berikut ini.
“Musuh
kita adalah watak yang ingin memusuhi orang lain. Kalau seiap orang bisa
mengikis watak itu, dunia akan menjadi damai. Tak perlu lagi ada perang
Baratayuda, tak perlu lagi ada perang yang lain-lain, sebab apa toh sebenarnya
tujuan dari hidup? Tujuan kita adalah hidup bersama secara damai dan
berbahagia, bukan untuk menang dan orang lain kalah. Buat apa berperang lalu
kalah bersama-sama, itu bukan tujuan hidup. Tujan hidup adalah menang
bersama-sama tanpa ada yang kalah. Caranya adalah memerangi musuh di dalam diri
kitasendiri. Itu dia. Camkan. Mulai dari sekarang kamu harus memerangi dirimu
sendiri. Kobarkan perang Baratayuda itu, kobarkan perang saudara itu di dalam
hatimu sendiri. Berkelahilah sehebat-hebatnya di dalam dirimu untuk
menghasilkan kemenangan nilai-nilai. Itu akan membuat kamu jadi manusa sejati.
Perang itu tak usah digelarkan, jadilah miliki batinmu saja. Ya kan, mengerti
tidak?” Putu
Wijaya dalam “Perang” (1990:35).