Home » » Samadhi Seno G.A Dalam Nagabumi I (Review Novel)

Samadhi Seno G.A Dalam Nagabumi I (Review Novel)

Written By sanggarsejarah on Selasa, 02 Juli 2013 | 05.04

Samadhi Seno G.A Dalam Nagabumi I (Review Novel)

             

  Novel Nagabumi I merupakan mahakarya kolosal dari Seno Gumira Ajidarma dengan serial pertama “Jurus Tanpa Bentuk”, cetakan pertama yakni bulan November 2009. Adapun tokoh utama Nagabumi I merupakan petualang tangguh yang dapat meraih prestasi besarnya yakni “Pembantaian seratus pendekar” oleh Pendekar Tanpa Nama. Novel ini menurut saya sangat hebat! dimana Seno menuangkan ide fantastis mengintregasikan bukti otentik sejarah Nusantara, khususnya sejarah peradaban Syailendra (Mataram Hindu - 674 M) dengan kisah pengembaraan tokoh utama yang tersaji dalam kisah fiksi. 

 Tidak jarang kita temui kosakata sansekerta pada novel yang diterbitkan oleh Gramedia ini. Sudut pandang dari novel Nagabumi adalah keakuan, sudut pandang orang pertama, dimana sang aktor inti mempunyai perjalanan hidup dalam penyamaran, hidup dalam topeng! Mengapa dalam topeng? Setelah “pembantaian seratus pendekar” dan samadhi selama lima puluh tahun, tokoh utama menghabiskan masa tuanya dalam penyamaran karena perburuan oleh berbagai pihak kepadanya. Pencarian padanya dinisbatkan karena dendam dan kenaikan status sebagai pendekar terhebat setelah bisa mengalahkannya. 

 Era Syailendra dalam Nagabumi I merupakan setting waktu yang tepat jika diesensikan sebagai penguatan kita akan sejarah. Selama ini hal stereotip yang terdengar ialah wangsa Gajah Mada - Hayam Wuruk dengan kontroversialnya Perang Bubat, Amukti Palapa atau bahkan Brawijaya dengan Sabdo Palonnya. Kenyataan saat ini, novel-novel kolosal di Nusantara umumnya hanya mengungkapakan sejarah secara superfisial saja, namun disini Seno cukup bijak dalam menganekaragamkan setting tempat diantara novel- novel kolosal di bumi pertiwi. Seno melalui Pendekar Tanpa Nama mencoba mengupas tuntas fenomena Hindu-Buddha pada masa Mataram kuno. Penyajian cerita dalam novel ini menurut saya hampir mirip dengan “Perang” karya Putu Wijaya, jika Putu Wijaya membuat daya tarik cerita dengan membalut kisah Mahabarata dengan jenakanya, namun Seno dalam Nagabumi membedah sejarah melalui kisah pengembaraan Pendekar Tanpa Nama. Hanya saja jika kita tidak mengetahui sejarah tersebut tentu agak sulit memahaminya.

  Hal yang cukup fenomenal dari Nagabumi dalam mengangkat Syailendra adalah tentang ideologi semacam “Kerja Rodi”  pada pembangunan Borobudur oleh orang-orang kerajaan terhadap masyarakat biasa. Hal yang selama ini kita tahu adalah Borobudur dibangun atas semangat keagamaan masyarakat Jawa ketika itu. Menurut saya penulis mengarahkan mindset pembaca untuk mempertanyakan hal itu, apakah hal tersebut hanya fiksi atau didasarkan pada bukti otentik sejarah? Atau mungkin Seno ingin menegaskan jika ketimpangan sosial tidak hanya terjadi pada era modern saja. Sesuatu yang menarik dalam fiksi ilmiah adalah kita harus mampu membedakan antara fiksi dan hasil analisa sejarahwan. Salah satu hal menarik yang dituangkan oleh Seno adalah adanya perdagangan segala macam daging termasuk daging sapi yang ditemui oleh pengembaraan tokoh utama. Dalam hal tersebut nalar akan kembali tertantang, karena sapi adalah hewan yang disucikan oleh masyarakat Hindu. Apakah itu merupakan kritik sosial Seno terhadap perlunya saling menghormati antar agama saat ini?

 Novel Nagabumi juga memaparkan permasalahan kenegaraan dengan balutan kisah asmara hingga ideologi-ideologi yang berkembang pada saat itu, maka menurut saya novel dengan ketebalan 815 halaman ini  memiliki kisah tentang problematika manusia yang kompleks. Kesan lainya dari Nagabumi adalah bahwa “aku” dalam novel ini tidak pernah berhenti belajar, Pendekar Tanpa Nama terus menerus menjejali pengetahuanya tentang hal-hal yang baru meski umurnya sudah mencapai seratus tahun. Semangat berpikir inilah yang juga disampaikan Seno untuk pembaca, semoga konsep pikir ini dapat diimplementasikan kelak dikemudian hari.
Amin.                                                                                                                            Menara Hitam
Share this article :

Follow this Blog



 
Support : Daniar Murdi(kotoran om dan)
Copyright © 2013. Menara Hitam - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by Menara Hitam
Proudly powered by Blogger